8/27/14

Pemeriksaan Laboratorium Retikulosit

(Atlas  Hematologi Krzysztof Lewandowski, MD dan Andrzej Hellmann, MD)
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA, organela, dan mitokondria) yang berbentuk seperti jala. Retikulosit berukuran lebih besar dari eritrosit dan berwarna lebih biru. Ciri-ciri Morfologi : Ukuran : 8 - 12 mm, Bentuk: bulat, Warna sitoplasma: pucat,Granularitas:granul tunggal atau multipel, pekat,lembayung, Bentuk inti: tidak ada, Distribusi dalam darah: 0.5 - 1.5 % dari jumlah eritrosit
Metode           : Supravital staining
Prinsip            :
Ke dalm darah dimana sel-sel darah dalam keadaan hidup ditambahkan larutan BCB selam beberapa menit. Kemudian dibuat sediaan apus tipis dan dihitung sel-sel retikulosit secara mikroskopik. Prosentase retikulosit ditentukan terhadap sejumlah eritrosit.
Reagensia      :
Larutan Brillian Cresyl Blue (BCB)
-        New Methylen Blue    1 gram
-        Larutan Citras Saline  100 ml
Larutan Citras Saline berisi campuran : Natrium Citrate 30 g/L 1 bagian dan NaCl 9 g/L 4 bagian.
Alat-alat          :
-       Objek glass
-       Tabung reaksi
-       Pipet 100 µL dan 50 µL
-       Mikroskop
-       Cell counter
Spesimen       : Darah EDTA
Cara kerja      :
1.    100 µL darah dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 50 µL larutan BCB, dicampur hingga homogen, didiamkan selama 15-20 menit
2.    Campur dibuat sediaan apus tipis pada obyek glass dan dibiarkan mongering diudara.
3.    Menghitung jumlah retikulosit secara mikroskopik dengan perbesaran kuat (100X).
Perhitungan   :
1.    Jumlah retikulosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit
2.    Prosentase retikulosit dihitung dengan rumus :
 = N/1000 X 100%                       
Nilai normal   : 0,5 – 1,5 %
Interpretasi Hasil :
Peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan yang diimbangi dengan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit disertai dengan kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon tuubuh terhadap anemia tidak adekuat. Penyakit yang disertai peningkatan jumlah retikulosit antara lain anemia hemolitik, anemia sel sabit, talasemia mayor, leukimia, eritroblastik feotalis, HBC dan D positif, kehamilan, dan kondisi paska pendarahan berat.
Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis aplastik yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara produksi eritrosi terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS, anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi radiasi, hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis hati.
Resferensi :
Sutedjo, AY. 2006.Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:Amara Books.
Atlas  Hematologi Krzysztof Lewandowski, MD dan Andrzej Hellmann, MD

No comments:

Post a Comment