8/28/14

What's "Analis Kesehatan"..???

Siapa itu Analis Kesehatan ...?? hingga saat ini masyarakat masih belum banyak mengetahui siapa itu Analis mantri),  farmasi dan bidan saja. Padahal masih banyak profesi tenaga kesehatan yg lainnya, ANALIS KESEHATAN salah satunya. Tenaga  kesehatan yang satu ini masih “asing” dan belum familiar di masyarakat.
Kesehatan. Banyak yang menganggap tenaga kesehatan itu hanya dokter, perawat (

Siapa Analis Kesehatan itu?
Analis Kesehatan atau disebut juga Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya(KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200)
Di Indonesia memang lebih sering digunakan dan dikenal istilah Analis Kesehatan daripada Ahli Teknologi Labkes. Sedangkan di dunia internasional contohnya di Kanada dan US menggunakanMedical Laboratory Technologist/Scientist, di UK Biomedical Scientist, di Jepang Rinshoukensagishi. Meskipun berbeda nomenkelatur, tapi secara garis besar tugas dan pekerjaannya sama.

Apa itu Teknologi Laboratorium Kesehatan?
Teknologi Laboratorium Kesehatan (internasional: Medical Laboratory Science/Technology) adalah disiplin ilmu kesehatan yang memberikan perhatian terhadap semua aspek laboratoris dan analitik terhadap cairan dan jaringan tubuh manusia serta ilmu kesehatan lingkungan.(KEPMENKES RI NOMOR 370/MENKES/SK/III/200)

Tugas Analis Kesehatan
Analis kesehatan melakukan beragam tes (Hematologi, Kimia Klinik, Mikrobiologi, Imuno-serologi, Toksikologi, Kimia makanan-minuman, Kimia air, Patologi Anatomi, Biologi Molekuler) yang menggunakan instrumentasi untuk membantu diagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Tanggung jawabanya berupa mengumpulkan dan menyiapkan sampel seperti darah, cairan tubuh, jaringan juga menginterpretasi hasil. Seringkali bekerja secara independen namun analis kesehatan adalah bagian penting dari tim pelayanan kesehatan.
Analis kesehatan di Indonesia berbeda tugas dan kemampuannya. Tak hanya menunjang dalam analisis spesimen klinis, namun juga analisis benda non-abiotik seperti air, makanan, dan minuman.

Prospek Karir dan Kerja Analis Kesehatan
Banyak instansi dan perusahaan yang membutuhkan kompetensi seorang Analis Kesehatan,seperti:
Laboratorium Klinik Swasta
Rumah Sakit Pemerintah atau swasta
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Perusahaan di bidang makanan-minuman, farmasi.
Lab Forensik Kepolisian
Lembaga penelitian sains (LIPI, Biofarma)
Dosen (Terutama di sekolah ilmu kesehatan)
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

Pendidikan Lanjutan
Setelah lulus akan dan mendapat gelar Amd. A.K. , dapat melanjutkan pendidikan ke S1 atau DIV. Contohnya:
S1 Ekstensi Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Kimia Universitas Indonesia
S1 Kimia, Biologi, Kesma, di univeristas swasta
DIV Analis Kesehatan

Source : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/01/10/siapa-apa-analis-kesehatan-429077.html

Pemeriksaan Golongan Darah

1.  Pemeriksaan Golongan Darah
a.  Prinsip
Golongan darah diindentifikasikan dengan melihat aglutinasi yaitu penggumpalan sel darah merah akibat reaksi antara antibodi dalam serum/plasma dengan antigen pada sel darah merah (Gandasoebrata, 2006).
b.  Alat - alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah adalah:
1)  Autoclik
2)  Lancet
3)  Slide

c.   Bahan - bahan
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah adalah:
1)  Reagen Anti A
2)  Reagen Anti B
3)  Kapas alkohol
d.  Cara kerja
1)  Bersihkan daerah jari yang ingin ditusuk dengan kapas alkohol.
2)  Darah kapiler diambil dari jari pasien dengan menggunakan autoclik.
3)  Darah pertama dibersihkan dan darah selanjutnya digunakan untuk pemeriksaan.
4)  Darah diletakkan pada objek gelas pada bagian kiri dan kanan.
5)  Teteskan darah yang kiri dengan reagen Anti A dan darah yang sebelah kanan diteteskan reagen anti B.
6)  Homogenkan.
7)  Dilihat adanya aglutinasi pada kedua tetesan tersebut dan dicatat hasilnya.


e.  Interprestasi Hasil
Interprestasi Hasil Golongan Darah
Keterangan :          
  • Golongan darah A : terdapat aglutinasi pada tetesan darah yang diberi reagen anti A
  • Golongan darah B : terdapat aglutinasi pada tetesan darah yang diberi reagen anti B
  • Golongan darah AB : terdapat aglutinasi pada tetesan  kedua darah tersebut
  • Golongan darah O : tidak ada aglutinasi pada kedua tetesan darah tersebut.
(Gandasoebrata, 2006).

Instruksi Kerja Pengambilan Darah Vena

a.      Pengertian        :    Tata cara pengambilan darah dari vena pasien.
b.      Tujuan                :    Agar pengambilan darah dari vena dapat dilakukan dengan baik dan benar.
c.      Kebijakan          :    Setiap analis yang melakukan sampling mampu melakukan pengambilan sampel darah vena dengan baik dan benar.
d.    Instruksi Kerja     :
1)    Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu :
a)    Spuit injeksi 3 ml
b)    Botol penampung darah
c)    Karet pembendung
d)    Kapas
e)    Alkohol 70%
f)     Plester
2)    Mempersiapkan antikoagulansia, yaitu :
a)    Na-EDTA 10% (untuk pemeriksaan darah rutin)
b)    Na-Citrat 3,8% (untuk pemeriksaan PT dan APTT)

3)    Melakukan pengambilan sampel darah untuk pasien dari IRJA, IRNA, dan IRD dilakukan dengan cara sepeeti berikut :
a)    Darah diambil dari salah satu vena dalam fossa cubiti
b)    Bersihkan tempat yang akan diambil dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering
c)    Pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas (tidak perlu terlalu erat) dan mintalah pasien untuk mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena terlihat jelas
d)    Tegangkanlah kulit di atas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak
e)    Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit dengan tangan kanan sampai ujung jarum masuk ke lumen vena
f)     Lepaskan pembendungan dan perlahan-lahan tarik penghisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat
g)    Letakkan kapas di atas jarum lalu cabutlah semprit dan jarum tersebut
h)   Mintalah kepada pasien supaya tempat penusukan itu ditekan selama beberapa menit dengan kapas tadi
i)     Masukkan jarum ke alat penghancur jarum kemudian tutup, lepaskan dari semprit dan buang ke wadah buang jarum
j)      Alirkanlah (jangan disemprotkan) darah melaui dinding ke dalam botol penampung berisi EDTA (untuk pemeriksaan hematologi) atau tabung reaksi (untuk pemeriksaan kimia)
k)    Beri kode pada tabung berupa nomer urut, nama pasien serta tanggal pengambilan sampel.

Instruksi Kerja Pengambilan Darah Kapiler

a.      Pengertian            :    Tata cara pengambilan sampel darah dari kapiler pasien.
b.      Tujuan                :    Agar pengambilan darah kapiler dapat dilakukan dengan baik dan benar.
c.      Kebijakan          :    Setiap analis yang melakukan sampling mampu melakukan pengambilan sampel darah kapiler dengan baik dan benar.
d.      Instruksi Kerja   :    Pengambilan darah kapiler pada bayi-bayi baru lahir sering dilakukan di daerah tumit atau jari kaki. Jika kebutuhan darah sedikit, maka pengambilan darah pada anak kecil dapat dilakukan pada jari tangan ke-3 dan 4.
1)    Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu :
a)    Blood lancet
b)    Botol penampung darah
c)    Kapas
d)    Alkohol 70%
e)    Plester
2)    Mempersiapkan antikoagulansia, yaitu :
a)    Na-EDTA 10% (untuk pemeriksaan darah rutin)
3)    Melakukan pengambilan sampel darah untuk pasien dari IRJA, IRNA, dan IRD dilakukan dengan cara seperti berikut :
a)    Bersihkan lokasi pengambilan darah dengan alkohol 70%
b)    Tunggu sebentar hingga alkohol mengering
c)    Lakukan tusukan di ujung jari dengan lanset steril
d)    Usap tetesan darah pertama dengan kapas kering
e)    Lakukan tekanan perlahan-lahan kira-kira 1 cm di atas tusukan, lepaskan kembali agar darah mengalir. Ulangi lagi sampai darah yang dibutuhkan sudah terpenuhi kemudian darah dapat ditampung di tabung kapiler atau tabung mikro
f)     Tekan ujung tusukan dengan kapas atau kasa sampai perdarahan berhenti.
g)    Beri kode pada tabung berupa nomer urut, nama pasien serta tanggal pengambilan sampel.

Instruksi Kerja Pengambilan Darah Arteri

a.      Pengertian        :    Tata cara pengambilan sampel darah dari arteri pasien.
b.      Tujuan                :    Agar pengambilan darah arteri dapat dilakukan dengan baik dan benar.
c.      Kebijakan          :    Setiap analis yang melakukan sampling mampu melakukan pengambilan sampel darah arteri dengan baik dan benar.
d.      Instruksi Kerja   :    Pengambilan darah arteri membutuhkan petugas yang telah terampil atau telah dilatih. Lokasi pengambilan darah  arteri yang sering digunakan adalah arteri radialis di pergelangan tangan, arteri brachialis di fossa  antecibiti  dan arteri femoralis di lipatan paha. Untuk neonatus darah arteri dapat diambil dari arteri umbilicalis. Arteri yang akan dipunksi diidentifikasi dengan pulsasi dan dindingnya yang tebal. Jarum yang biasanya dipakai berukuran 12-30 G  untuk arteri besar dan 23-25 G untuk arteri kecil. Semprit sebelum dipakai harus dibilas dahulu dengan larutan heparin 20 µ/ml darah. Semprit plastik kurang baik digunakan untuk pengambilan darah arteri dibandingkan semprit gelas, karena alat penghisapnya tidak dapat naik ke atas waktu darah masuk ke dalam semprit. Beberapa jenis plastik juga permeabel terhadap gas. 

1)    Tentukan daerah pengambilan arteri dengan palpasi, kemudian desinfeksi daerah tersebut dengan alkohol 70%
2)    Fiksasi arteri dengan jari telunjuk proksimal dari daerah yang akan dipunksi
3)    Tusukkan semprit (dengan lubang jarum menghadap ke atas) pada permukaan kulit kira-kira 5-10 mm sebelah distal dari jari telunjuk yang memfiksasi arteri
4)    Bila memakai semprit gelas, masuknya semprit ke dalam arteri ditandai dengan naiknya darah ke dalam semprit mendorong alat penghisap ke atas
5)    Bila memakai semprit plastik, tariklah alat penghisap semprit perlahan-lahan sampai tercapai volume darah yang dikehendaki
6)    Tariklah jarum dan tekanlah bekas tusukan dengan kapas kering minimal 5 menit. Ujung semprit harus segera diberi penutup karet. Tidak diperbolehkan menekuk ujung semprit sebagai ganti penutup karet
7)    Campur darah dan antikoagulan dengan cara memutar semprit searah dengan sumbu panjangnya dengan kedua telapak tangan
8)    Untuk transportasi ke laboratorium, semprit dimasukkan ke dalam es dan darah harus segera diperiksa dalam waktu 15 menit.

Instruksi Kerja Pengambilan Sampel Sputum BTA

a.      Pengertian        :    Tata cara pengambilan sampel sputum untuk  pemeriksaan  BTA ( Basil Tahan Asam)
b.      Tujuan                : Agar pengambilan sampel sputum dapat dilakukan dengan baik dan benar, serta diperoleh sampel yang representatif
c.      Kebijakan          :    Setiap sampel sputum diberi identitas sampel 1,sampel 2, dan sampel 3
d.      Instruksi Kerja   :
1)    Pengambilan Sputum Sewaktu
a)    Hanya dilakukan sekali pengambilan dahak
b)    Pasien disuruh mengeluarkan dahak di kamar mandi
c)    Dahak atau sputum ditampung pada pot dan ditutup
d)    Sputum yang ada dikirm ke bagian bakteriologi bersama surat pengantarnya
2)    Pengambilan Sputum SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) 3x
a)    Pasien diberi arahan cara mengeluarkan dahak bukan air liur
b)    Pot atau cup diberi label 1, 2, 3 dan nama pasien
c)    Sputum ditampung pada pot pagi hari, sewaktu dan pada saat hendak mengirim sampel ke laboratorium
d)    Sputum yang dikirim ke bagian Mikrobiologi bersama surat pengantarnya

8/27/14

clonorchis sinensis

Taksonomi
Kerajaan: Animalia
Phylum: Platyhelminthes
Class: Trematoda
Subordo: Opisthorchiata
Famili: Opisthorchiidae
Genus: Clonorchis
Species: Clonorchis sinensis
Penyebaran
Clonorchis Sinensis ditemukan terutama di Asia timur dan selatan juga di Asia Pasifik.Cacing ini menyebar di berbagai negara seperti China, Korea, Vietnam, Taiwan, jepang, dan lain-lain. Penyakit yang di temukan di indonesia bukan infeksi autokon.
Habitat
Dalam daur hidupnya Clonorcis sinensis mempunyai dua hospes parantara dan hospes definit.Hospes perantara pertamanya bekicot terutama Parafossarulus manchouricus,spesies dari genus Bulinus ,Bythinia,Semisulchospira,Alocinna,Tiara.Hospes perantara kedua nya adalah ikan air tawar dari genus Cyprinidae. Cacing dewasa hidup pada saluran empedu manusia Ductus choleductus,manusia adalah hospes definitif dari cacing ini. Selain manusia hospes definitif dari cacing Clonorchis sinensis bisa juga hewan-hewan karnifora yang memakan ikan yang terinfeksi meta serkaria Clonorchis sinensis.
Morfologi
Telur
Telur berbentuk oval seperti kendi operkulum besar ,bagian posteriornya menebal dan biasanya ada tonjolan kecil.Telur berisi mirasiduim,ukuran telur 25-35 X 12-19 mikron,dan warna telur kuning.
Larva
Dalam siklus hidupnya setelah keluar dari telur cacing Clonorchis sinensis berkembang berturut-turut menjadi beberapa bentuk larva mirasidium(berenang di air);sporokista,redia,serkaria(dalam tubuh tubuh bekicot);Metaserkaria(dalam tubuh ikan dan hospes definitif).
Mirasidium
Berbentuk oval dan memiliki silia(rambut getar).
Sprokokista
Berbentuk kantong dan mengandung sel-sel germinal .Sel-sel germinal membentuk membentuk sporokista generasi kedua atau redia.
Redia
Berbentuk kantong,memiliki faring yang nyata dan usus rudimenter.Mengandung sel germinal yang akan berkembang menjadi redia generasi kedua atau serkaria.
Serkaria
Berwarna coklat,berekor,memiliki dorsal dan ventral sirip untuk bergerak, bintik mata yang berfungsi sebagai alat sensori,dan kutikula dengan duri-duri kecil.
Metaserkaria
Meta serkaria merupakan stadium larva berbentuk kista berkembang.Kista memiliki dinding yang sangat tebal organ larva seperti bintik mata,ekor dan stiletnya telah hilang.
Cacing dewasa
Cacing pipih berbentuk daun.Bagian posteriornya membulat dan pada integumenya tidak ditemukan duri.Ukuran cacing dewasa 10-25 X 3-5mm.Batil isap kepala lebih besar dari pada batil isap perut.Testis berlobus dalam tersusun membentuk tandem dan terletak dibagian posterior tubuh .Ovarioum terletak dibagian anterior testis pada bagian tengah tubuh .porus genital di depan dakat batili sap perut,uterus berisi telur bermuara pada porus genital.Filtelaria membentuk folikel-folikel lembut dan ter letak di lateral tubuh.
Siklus Hidup
Telur akan menetas dan mengeluarkan mirasidium bila termakan hospes perantara I keong air.Dalam keong air akan berturut-turut berkembang menjadi sporokista ridia I,redia II,dan serkaria.Serkaria keluar keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II(famili Cyprinidae).Serkaria menembus hospes perantara dua dan melepaskan ekornya .Dalam tubuh hospes perantara II serkaria membuntuk kista yang disebut metaserkaria(bentuk infektif).Dalam duodenum metaserkaria pecah kemudian mengeluarkan larva dan kemudian masuk kedalam saluran empedu.Setelah satu bulan didalm saluran empedu,larva berkembang menjadi dewasa.
Aspek klinis
Penyakit yang disebabkan oleh cacing Clonorchis sinensis adalah
klonorkiasis.Gejala yang dialami penderita adalah akibat rangsangan mekanik dan sekresi toksin oleh cacing Clonorchis
senensis.pada awal infeksi terjadi leukositosis ringan dan eosinofilia.Apabila terjadi hiper infeksi dari cacing yang banyak maka dapat menimbulkan sirosis,tubuh lemah,ikterus,anemia,berat badan menurun,edema,gangguan pencernaan,rasa tidak enak dibagian epigastrus dan diare.Pada beberapa kasus,penderita meninggal karena daya tahan tubuh menurun drastis sehingga timbul infeksi sekunder sebagai penyakit tambahan.Pada infeksi ringan,prognosis baik walaupun tidak diobati.Pada kasus kronis di daerah hiperendemis,prognosis kurang baik.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan menemukna telur dalam tinja dan cairan duodenum.Pada daerah endemis yang penduduknya gemar memakan ikan mentah,diagnosa klinis dapat diduka apabila penderita mengalami hepatomegali dan hepatitis.Apabila terjadi infeksi lanjutan harus dapat dibedakan denagn tumor ganas dan sirosis hati.
Pengobatan
Obat yang bisa diberikan pada penderita klonorkiasis adalah prazikuantel.pada infeksi ringan dapat diberikan gentian violet,sedangkan pada infeksi berat dapat digunakan klorokuin.
Pencegahan
Pencegahan klonorkiasis yang paling sederhana yaitu memasak matang semua jenis ikan karena stadium infektif Clonorchis sinensis paling banyak terdapat pada ikan.Pada daerah endemis masyarakat dilarang untuk defekasi di sembarang tempat(khususnya di perairan)agar tidak tercemari tinja yang mengandung telur cacing ini.

Cryptoporidium sp

Cryptoporidium sp menyebabkan penyakit Kriptosporodiosi.
Protozoa ini pertama kali ditemukan didalam lambung dan usus halus tikus oleh Tyzzer (1907). Semenjak itu Cryptoporidium sp telah diidentifikasi dari 170 spesies binatang, termasuk ayam, kalkun, babi, kuda, domba, anjing, tikus liar, burung, ikan, reptile. Dua laporan yang pertama mengenai infeksi pada manusia yaitu pada tahun 1976, yang menyerang anak berusia 3 tahun dengan keadaan immunocompetent dan orang dewasa dengan immunocompromised. Dari tahun 1976 sampai tahun 1982, kejadian infeksi pada manusia jarang dilaporkan. Pada tahun 1982 dalaporkan kejadian infeksi yang disebabkan meningkat drastic setelah diketahui criptosporodiosis infeksi opportunistic yang terjadi pada penderita AIDS.
Protozoa ini mempunyai siklus hidup yang kompleks melibatkan dari silus hidup seksual(Sporogoni) dan aseksual(Scyzogoni), tapi tidak memerlukan vector perantara ia mampu menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu hospes. Ookista merupakan stadium infektif . Oosista keluar keluar dari tubuh hospes melalui feses.
Taksonomi
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexia
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Cryptosporidiidae
Genus : Cryptosporidium

Spesies : Cryptosporidium parvum (terdiri dari dua genotype,yaitu genotip 1 menyerang
Manusia,Serta Genotype 2 yang menyerang manusia,lembu dan mamalia lainya),
Cryptosporidium homnis (Pada manusia) Cryptosporidium baileyi (pada burung), Cryptosporidium felis (pada kucing), Cryptosporidium muris (pada ikan dan lembu), Cryptosporidium nasorum(pada ikan), Cryptosporidium serpentitis ( pada ular ), Cryptosporidium wrairi ( pada babi)
Ciri Morfologi
Cryptosporidium sp terdiri dari banyak spesiek tapi yang paling pathogen yaitu Cryptosporidium parvum yang menyebabkan diare kronis dan muntah
menyebabkan diare (kebanyakan kronis). Dalam siklus hidupnya Cryptosporidium sp mengalami beberapa kali perubahan bentuk (Stadium).
Berikut ini ciri morfologi :
-Sporozoit mempunyai bentuk seperti pisang dimana bagian anteriornya meruncing dan bagian posteriornya membulat.
-Gametosit dan skizon ukuran 2-4 mikro meter diproduksi dalam siklus hidup Cryptosporidium parvum ,tapi jarang ditemukan pada feses manusia.
-Ookista Biasanya berbentuk bulat, berdiameter 4 - 6 um mengandung 4 sporozit yang tidak terlalu terlihat,refraktil, terdiri 1-8 granula yang menonjol dan dilapisi dua dinding tebal. Ookista resisten dan sangat resisten terhadap proses klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan konvensional.

Distribusi Penyakit
Cryptosporidium sp tersebar diseluruh dunia(Kosmopolit). Ookista nya ditemukan pada spesimen tinja manusia di lebih dari 50 negara di enam benua. Di negara maju seperti AS dan Eropa, prevalensinya kurang dari 1 – 4.5 % dari hasil survei pemeriksaan tinja. Di negara berkembang, prevalensinya sangat tinggi berkisar antara 3 – 20 %. Anak-anak usia dibawah 2 tahun, mereka yang merawat binatang, pelancong, kaum homoseksual dan mereka yang kontak erat dengan orang-orang yang terinfeksi (keluarga, petugas kesehatan dan perawat di rumah penitipan anak) biasanya lebih mudah tertulari. KLB dilaporkan terjadi di tempat penitipan anak hampir diseluruh dunia. KLB juga di sebabkan oleh air minum yang tercemar (setidaknya 3 KLB besar yang pernah dilaporkan berkaitan dengan fasilitas air minum untuk umum); penularan dapat terjadi di tempat rekreasi yang menggunakan air seperti "waterslide", kolam renang dan danau; cuka apel yang tidak dipasturisasi yang terkontaminasi dengan kotoran sapi, pernah dilaporkan sebagai penyebab infeksi.
Cara Penularan
Infeksi penyakit ini dari bahan yang terkontaminasi seperti tanah, air, makanan yang tidak dimasak atau kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi.Cara penularan melalui rute orofekal, yaitu penularan dari orang ke orang, dari binatang ke orang, melalui air dan penularan melalui makanan. Hal ini terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak dengan air tawar saat berenang. Tingginya resistensi oocysts Cryptosporidium terhadap disinfektan seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi Parasit menginfeksi sel epitel saluran pencernaan dan parasit memperbanyak diri mula-mula dengan cara schizogony, diikuti dengan siklus seksual dengan membentuk ookista dan dapat ditemukan pada tinja. Ookista dapat hidup di lingkungan yang jelek dalam waktu yang lama. Ookista sangat resisten terhadap desinfektan kimia yang digunakan untuk menjernihkan dan disinfeksi air minum. Sekali waktu siklus autoinfeksi bisa terjadi pada manusia.
Siklus Hidup
Ookista yang telah mengalami sporulasi, terdiri dari 4 sporozoit, dikeluarkan melalui feses organism yang terinfeksi dan mungkin mengalami rute yang lain seperti melalui sekresi saluran pernafasan (1). Transmisi dari Cryptosporidium parvum dan Cryptosporidium hominis umumnya terjadi melalui kontak dengan air yang telah terkontaminasi. Banyak wabah yang terjadi di Amerika Serikat terjadi di taman air, kolam renang, dan pusat pelayanan umum (2). Setelah tertelan(dan mungkin terhirup) oleh hospes (3) eksistasi terjadi (a). Empat sporozoit dikeluarkan dari tiap ookista,menembus epithelial (b,c) usus dan jaringan lain seperti saluran pernafasan. Sporozoid akan berkembang menjadi tropozoit. Kemudian mengalami multiplikasi aseksual (skizogoni atau merogoni) (d,e) yang menghasilkan meront tipe I. merozoit yang dihasilkan meron tipe satu dapat mereinfaksi sel dan mengulang kembali siklus asekseual atau menginfeksi sel dan berkembang menjadi meront tipe II (f). Tiap meron tipe II akan membesaskan 4 merozoit. Diyakini hanya merozoit tipe II inilahyang mengalami multiplikasi seksual (gametogoni) menghasilkan mikrogametosit(g) dan makrogametosit(h). Mikrogamet keluar dari mikrogametosit akan membuahi makrogamet yang keluar dari makrogametosit dan menghasilkan zigot (i). Sekitar 80% zigot akan berkembang menjadi ookista berdinding tebal (j) dan 20% zigot berkembang menjadi ookista berdinding tipis (k). Ookista akan bersporulasi (berkembang menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari ookista yang berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara ookista berdinding tebal akan keluar melalui feses dan apabila tertelan akan segera menginfeksi.
Patogenesis
Cryptosporidium sp terutama pada spesies Cryptosporidium parvum(spesies yang paling patogen) menyebabkan cryptosporidiosis yaitu penyakit Zoonosis yang sering menimbulkan gangguan gastroenteritis. Penyakit ini ditularkan secara fekal oral. Berbagai jenis mamalia, unggas, reptile, ikan, dapat bertindak sebagai sumber infeksi.
Criptosporidium melekat padaa mikrovili usus halus atau hidup bebas pada kripta mukosa usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan bagian mukosa. Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak terlalu parah dan bisa sembuh sendiri kerena system imun dapat melawan infeksi. Sedangkan pada penderita penderita immunodefisiensi panyakit ini dapat menjadi parah karena sistem imunnya yang rusak.
Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka dapat mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit dapat menulari biliary tract (sekitar lever), menyebabkan biliary cryptosporidiosis. Hal ini menyebabkan cholecystitis dan cholangitis.
Pada usus :
Mekanisme cryptosporidiosis menyebabkan diare pada manusia belum spenuhnya dapat dimengerti. Namun danya kegagalan absorbsi dan meningkatkan sekresi usus halus banyak dijumpai pada kasusu-kasus tersebut.
Adhesi/invasi dari merozoit/sporozoit Cryptosporidium parvum kemembran apical dari sel epitel usus meransang sel epitel usus untuk memproduksi prostaglandin shyntase, IL-8, dan TNF-ά .Adanya sel polymerase (oleh IL-8), aktifasi makrofag (oleh TNF-ά),diproduksinya prostaglandin (oleh prostaglandin shyntasei) dan perubahan fungsi ion diperkirakan merangsang sekresi usus untuk merespon infeksi seluler terhadap Cryptosporidium parvum.Infeksi seluler juga pendataran dan juga bersatunya villi usus, merupakan kemungkinan kedua yang terjadi pada infeksi sel dan atau dalam respon imunologi seluler. Gambaran ini berhubungan dengan malabsorpsi, dan akan memperberat diare. Sebagai tambahan, adanya proses-proses apoptosis sel-sel yang mati dan enteric nervous system juga member peranan terhadap patofisiologi diare ini.
Pada gambaran histopatologi menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia krypta, dan infiltrasi ringan sampai sedang ( biasanya sel plasma atau netrofil tetapi dapat juga makrofag dan liphosit) pada lamina propria.
Pada Saluran Empedu
Walaupun gambaran klinis dan radiologi dari billiary cryptosporidiosi telah dapt diketahui, namun patogenitas sepenuhnya belum dapat sepenuhnya dimengerti. Gambaran histopatologi yang diperoleh dari biopsy ampulla vateri menunjukan menunjukan infiltrasi submukosa, inflamasi periductus dengan oedema interstisial, infiltrasi neutrofil dan hyperplasia/dilatasi kelenjar periduktus.
Pada Saluran Pernafasan
Patogenitas dari respiratory cryptosporidiosis juga masih belum dimengerti. respiratory cryptosporidiosis melibatkan trakea, bronkus, dan jarang melibatkan parenkim paru, dapat ditemukan pada penderita immunosuppressed dengan gagal nafas. Dari tahun 1983 sampai 1996 diperkirakan ada 13 kasus respiratory cryptosporidiosis yang hanya melibatkan region tracheobroncial atas. Cryptosporidium sp yang dideteksi secara mikroskop diparenkim paru hanya dua kasus, satu kasus yang diderita oleh penderita AIDS dan penderita lain dengan acute nonlymphatic leukemia.
Diagnosis
Dalam kondisi normal, infeksi dengan parasit ini hanya menimbulkan gejala kriptosporidiosis yang ringan. Pada penderita imunokompeten keluhan dan gejala dapat berupa enteritis ringan, diare cair tidak lebih dari 10 kali sehari,dengan tinja tidak berdarah dan tidak berlendir. Umumnya penderita juga mengalami demam ringan, malaise, mual, mutah, kejang perut, dan berat badan menurun. Penyakit akan sembuh sendirinya dalam waktu 2-10 hari.
Pada penderita imunodefisiensi(misalnya penderita AIDS) yang terinfeksi dapat menyebabkan diare berat mirip diare kolera sebanyak sampai 70 kali seharidengan pengeluaran cairan lebih dari 10 liter per hari yang berlangsung berbulan-bulan. Penderita mengalami malabsorpsi berat, gangguan keseimbanagan cairan, berat badan menurun cepat dan terjadi limfadenopati. Pada immunodefisiensi demam jarang terjadi.
Untuk memperoleh diagnosis yang akurat perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan mikroskopis pada tinja penderita menunjukkan adanya ookista parasit yang khas bentuknya. Pemeriksaan hitologis atas biopsi mukosa dengan menggunakan modifikasi ABF (Acid Fast Staining) atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop fluoresen,menunjukan adanya parasit dalam jaringan . Deteksi dengan pewarnaan antibody monoclonal dapat memperkuat diagnosis. Pemeriksaan serologis misalnya dengan ELISA (Enzym Linked Immunosorbant assay), Immunofluorescens Antibody Technique(IFAT0 serta deteksi IgG dan IgM dalam membantu menetapkan diagnosis.
Terapi dan Pengobatan
Tidak ada obat yang bisa diandalkan untuk pengobatan radang usus cryptosporidium. Obat tertentu seperti paromomycin, atovaquone, nitazoxanide, dan azithromycin kadang-kadang digunakan, tetapi biasanya hanya memiliki efek sementara. Kesulitan ini terutama terjadi untuk orang dengan penyakit parah dan sistem kekebalan yang lemah.
Pengobatan bisa manjur pada tahap awal penyakit. Cairan-cairan perlu terus diganti secara oral (banyak minum). Dalam situasi langka, cairan darah mungkin diperlukan. Antibiotik biasanya tidak bermanfaat, dan kekambuhan ulang sering terjadi.
Pada immunokompeten (imun sehat)
Mayoritas individu dengan immuno-kompeten mengalami penyakit ini dalam waktu singkat (kurang dari 2 minggu) yang membutuhkan perawatan dengan pencegahan pada dehidrasi yaitu banyak minum air dan kadang-kadang menggunakan obat anti-diarrhoeal. Nitazoxanide adalah salah satu obat yang telah disetujui FDA (badan obat-obatan USA) untuk digunakan pada orang dengan immunocompetent untuk memerangi diare. Spiramycin dapat membantu memperpendek lama diare pada anak-anak.
Pada immunocompromised (imun rendah)
Pada immunocompromised seperti pengidap AIDS, penyembuhan penyakit cryptosporidiosis berjalan lambat atau bisa juga tidak dapat disembuhkan sama sekali. Sering menyebabkan kondisi parah dan permanen terutama dalam bentuk diare berair yang digabungkan dengan menurunnya kemampuan usus untuk menyerap gizi. Hasilnya adalah penyakit akan semakin parah : dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan gizi, kekurangan tenaga, dan akhirnya mati. Spiramycin dapat membantu dalam merawat pasien diare yang sedang dalam tahap awal AIDS.
Tingkat kematian bagi pasien yang terinfeksi AIDS pada umumnya didasarkan pada jumlah CD4; pasien dengan CD4 lebih dari 180 sel / mm ³ umumnya sembuh dengan dukungan dan perawatan dari obat rumah sakit, tetapi pasien dengan CD4 di bawah 50 sel / mm ³, efeknya biasanya fatal dalam tiga sampai enam bulan. Kasus (langka) : seorang pasien AIDS dari Iran yang telah mengalami pulmonary cryptosporidiosis selain cryptosporidiosis usus, pemberian azithromycin dan paromomycin membantu menghapus infeksi dari tubuhnya.
Saat ini, pendekatan yang terbaik adalah bagaimana meningkatkan status kekebalan pada pasien dengan immunodefisiensi. Probiotic Saccharomyces boulardii dijual melalui apotik-apotik dan toko-toko kesehatan (dengan nama merek obat Florastor di Amerika Serikat dan DiarSafe di Inggris) telah ditemukan untuk menjadi bermanfaat dalam perawatan diare dan gejala penyakit lainnya termasuk cryptosporidium. Parenteral octreotide asetat dapat membantu menurunkan jumlah kotoran yang keluar.
Cara -Cara Pemberantasan.
1.Cara pencegahan:
-Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara menjaga kebersihan perorangan.
-Membuang tinja pada jamban yang saniter, hati-hati dalam menangani kotoran manusia atau binatang.
-Mereka yang kontak dengan anak sapi atau binatang lain yang terkena diare sebaiknya segera mencuci tangan dengan seksama.
-Rebus sampai mendidih air minum selama 1 menit; disinfeksi dengan bahan kimia tidak efektif melawan oocyst. Hanya filter yang dapat menyaring partikel dengan diameter 0,1 – 1 µm yang bisa di gunakan untuk menyaring oocyst.
-Pindahkan orang yang terinfeksi dari pekerjaan menangani jenis bahan makanan yang tidak segera akan dimasak.
-Pisahkan anak yang menderita diare dari tempat penitipan anak hingga diare sembuh.
2.Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
-Laporan kepada instansi kesehatan setempat; kasus dilaporkan ke instansi kesehatan setempat dengan cara yang paling praktis, kelas 3B (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
-Isolasi : bagi penderita yang dirawat di Rumah Sakit, lakukan tindakan kewaspadaan enterik dalam menangani tinja, begitu juga terhadap muntahan dan sprei serta sarung bantal dan baju yang terkontaminasi; orang yang terinfeksi tidak diijinkan menangani makanan dan merawat pasien yang dirawat di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan merawat pasien yang dirawat di tempat spesifik; penderita asimptomatik yang bekerja pada bidang pekerjaan yang sensitif tidak diijinkan lagi bekerja sampai mereka sembuh. Tekankan tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan dengan benar.
-Disinfeksi serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang terkontaminasi dengan tinja. Pada masyarakat modern dengan sistem jamban saniter, tinja dapat dibuang langsung ke saluran pembuangan tanpa perlu di disinfeksi. Lakukan pembersihan terminal. Disinfeksi dapat dilakukan dengan pemanasan hingga 450 C (1130F) selama 5 – 20 menit, 600 C (1400 F) selama 2 menit atau disinfeksi kimia dengan 10 % cairan formalin atau 5 % ammonia, cara-cara tersebut cukup efektif.
-Investigasi kontak atau sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap tinja anggota rumah tangga dan kontak lain yang dicurigai, terutama orang-orang tanpa gejala. Terhadap mereka yang kontak dengan hewan ternak dan binatang peliharaan diharuskan juga untuk dilakukan pemeriksaan. Jika dicurigai penularan terjadi melalui air, penyaringan air dalam jumlah sampel yang besar dapat dilakukan untuk melihat adanya oocyst pada air.
-Pengobatan spesifik : Tidak ada pengobatan spesifik untk kriptosoridiosis selain rehidrasi, jika diperlukan, rehidrasi telah terbukti efektif; pemberian antibodi pasif dan antibiotik saat ini sedang dalam penelitian. Mereka yang dalam pengobatan dengan obat imunosupresif, sebaiknya menghentikan pengobatan itu untuk sementara atau mengurangi dosisnya jika memungkinkan.
3.Penanggulangan wabah
Untuk menanggulangi wabah perlu dilakukan Investigasi epidemiologis terhadap kasus yang berkelompok yang terjadi pada suatu daerah atau institusi tertentu untuk mengetahui sumber infeksi dan cara-cara penularannya; selidiki kemungkinan sumber penularan "Common source", seperti sarana rekreasi air, air minum, susu mentah atau makanan atau minuman yang potensial tercemar dan lakukan upaya pencegahan dan pemberantasan yang mudah di terapkan. Upaya untuk mencegah penularan dari orang ke orang atau dari binatang ke manusia menekankan pada upaya kebersihan perorangan dan pembuangan tinja yang saniter. Kunjungi saya juga di "n1nt1.blogspot.com"

DAFTAR PUSTAKA

Sudarto. 2007. Kedokteran Tropis.Surabaya: Airlangga Univercity Press
Sinambela, adelina Haryani. 2008 . Criptosporidiosis.USU-e repository
http://leighbrandon.typepad.com/.a/6a00d834536a0169e201156fc04a7f970c-800wi