Cryptoporidium sp menyebabkan penyakit Kriptosporodiosi.
Protozoa ini pertama kali ditemukan didalam lambung dan usus halus tikus oleh Tyzzer (1907). Semenjak itu Cryptoporidium sp telah
diidentifikasi dari 170 spesies binatang, termasuk ayam, kalkun, babi,
kuda, domba, anjing, tikus liar, burung, ikan, reptile. Dua laporan
yang pertama mengenai infeksi pada manusia yaitu pada tahun 1976, yang
menyerang anak berusia 3 tahun dengan keadaan immunocompetent dan orang
dewasa dengan immunocompromised. Dari tahun 1976 sampai tahun 1982,
kejadian infeksi pada manusia jarang dilaporkan. Pada tahun 1982
dalaporkan kejadian infeksi yang disebabkan meningkat drastic setelah
diketahui criptosporodiosis infeksi opportunistic yang terjadi pada
penderita AIDS.
Protozoa
ini mempunyai siklus hidup yang kompleks melibatkan dari silus hidup
seksual(Sporogoni) dan aseksual(Scyzogoni), tapi tidak memerlukan
vector perantara ia mampu menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu
hospes. Ookista merupakan stadium infektif . Oosista keluar keluar dari
tubuh hospes melalui feses.
Taksonomi
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexia
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Cryptosporidiidae
Genus : Cryptosporidium
Spesies : Cryptosporidium parvum (terdiri dari dua genotype,yaitu genotip 1 menyerang
Manusia,Serta Genotype 2 yang menyerang manusia,lembu dan mamalia lainya),
Cryptosporidium homnis (Pada manusia) Cryptosporidium baileyi (pada burung), Cryptosporidium felis (pada kucing), Cryptosporidium muris (pada ikan dan lembu), Cryptosporidium nasorum(pada ikan), Cryptosporidium serpentitis ( pada ular ), Cryptosporidium wrairi ( pada babi)
Ciri Morfologi
Cryptosporidium sp terdiri dari banyak spesiek tapi yang paling pathogen yaitu Cryptosporidium parvum yang menyebabkan diare kronis dan muntah
menyebabkan diare (kebanyakan kronis). Dalam siklus hidupnya Cryptosporidium sp mengalami beberapa kali perubahan bentuk (Stadium).
Berikut ini ciri morfologi :
-Sporozoit mempunyai bentuk seperti pisang dimana bagian anteriornya meruncing dan bagian posteriornya membulat.
-Gametosit dan skizon ukuran 2-4 mikro meter diproduksi dalam siklus hidup Cryptosporidium parvum ,tapi jarang ditemukan pada feses manusia.
-Ookista Biasanya
berbentuk bulat, berdiameter 4 - 6 um mengandung 4 sporozit yang tidak
terlalu terlihat,refraktil, terdiri 1-8 granula yang menonjol dan
dilapisi dua dinding tebal. Ookista resisten dan sangat resisten terhadap proses klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan konvensional.
Distribusi Penyakit
Cryptosporidium sp tersebar diseluruh dunia(Kosmopolit). Ookista nya ditemukan
pada spesimen tinja manusia di lebih dari 50 negara di enam benua. Di
negara maju seperti AS dan Eropa, prevalensinya kurang dari 1 – 4.5 %
dari hasil survei pemeriksaan tinja. Di negara berkembang, prevalensinya
sangat tinggi berkisar antara 3 – 20 %. Anak-anak usia dibawah 2 tahun,
mereka yang merawat binatang, pelancong, kaum homoseksual dan mereka
yang kontak erat dengan orang-orang yang terinfeksi (keluarga, petugas
kesehatan dan perawat di rumah penitipan anak) biasanya lebih mudah
tertulari. KLB dilaporkan terjadi di tempat penitipan anak hampir
diseluruh dunia. KLB juga di sebabkan oleh air minum yang tercemar
(setidaknya 3 KLB besar yang pernah dilaporkan berkaitan dengan
fasilitas air minum untuk umum); penularan dapat terjadi di tempat
rekreasi yang menggunakan air seperti "waterslide", kolam renang dan
danau; cuka apel yang tidak dipasturisasi yang terkontaminasi dengan
kotoran sapi, pernah dilaporkan sebagai penyebab infeksi.
Cara Penularan
Infeksi
penyakit ini dari bahan yang terkontaminasi seperti tanah, air, makanan
yang tidak dimasak atau kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang
terinfeksi.Cara penularan melalui rute
orofekal, yaitu penularan dari orang ke orang, dari binatang ke orang,
melalui air dan penularan melalui makanan. Hal ini terutama
terjadi diantara mereka yang biasa kontak dengan air tawar saat
berenang. Tingginya resistensi oocysts Cryptosporidium terhadap
disinfektan seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam
jangka waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi Parasit menginfeksi sel epitel saluran pencernaan dan parasit memperbanyak diri mula-mula dengan cara schizogony,
diikuti dengan siklus seksual dengan membentuk ookista dan dapat
ditemukan pada tinja. Ookista dapat hidup di lingkungan yang jelek dalam
waktu yang lama. Ookista sangat resisten terhadap desinfektan kimia
yang digunakan untuk menjernihkan dan disinfeksi air minum. Sekali waktu
siklus autoinfeksi bisa terjadi pada manusia.
Siklus Hidup
Ookista
yang telah mengalami sporulasi, terdiri dari 4 sporozoit, dikeluarkan
melalui feses organism yang terinfeksi dan mungkin mengalami rute yang
lain seperti melalui sekresi saluran pernafasan (1). Transmisi dari Cryptosporidium parvum dan Cryptosporidium hominis
umumnya terjadi melalui kontak dengan air yang telah terkontaminasi.
Banyak wabah yang terjadi di Amerika Serikat terjadi di taman air, kolam
renang, dan pusat pelayanan umum (2). Setelah tertelan(dan mungkin
terhirup) oleh hospes (3) eksistasi terjadi (a). Empat sporozoit
dikeluarkan dari tiap ookista,menembus epithelial (b,c) usus dan
jaringan lain seperti saluran pernafasan. Sporozoid akan berkembang
menjadi tropozoit. Kemudian mengalami multiplikasi aseksual (skizogoni
atau merogoni) (d,e) yang menghasilkan meront tipe I. merozoit yang
dihasilkan meron tipe satu dapat mereinfaksi sel dan mengulang kembali
siklus asekseual atau menginfeksi sel dan berkembang menjadi meront tipe
II (f). Tiap meron tipe II akan membesaskan 4 merozoit. Diyakini hanya
merozoit tipe II inilahyang mengalami multiplikasi seksual (gametogoni)
menghasilkan mikrogametosit(g) dan makrogametosit(h). Mikrogamet keluar
dari mikrogametosit akan membuahi makrogamet yang keluar dari
makrogametosit dan menghasilkan zigot (i). Sekitar 80% zigot akan
berkembang menjadi ookista berdinding tebal (j) dan 20% zigot berkembang
menjadi ookista berdinding tipis (k). Ookista akan bersporulasi
(berkembang menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari
ookista yang berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara
ookista berdinding tebal akan keluar melalui feses dan apabila tertelan
akan segera menginfeksi.
Patogenesis
Cryptosporidium sp terutama pada spesies Cryptosporidium parvum(spesies
yang paling patogen) menyebabkan cryptosporidiosis yaitu penyakit
Zoonosis yang sering menimbulkan gangguan gastroenteritis. Penyakit ini
ditularkan secara fekal oral. Berbagai jenis mamalia, unggas, reptile,
ikan, dapat bertindak sebagai sumber infeksi.
Criptosporidium
melekat padaa mikrovili usus halus atau hidup bebas pada kripta mukosa
usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan bagian mukosa.
Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak terlalu parah
dan bisa sembuh sendiri kerena system imun dapat melawan infeksi.
Sedangkan pada penderita penderita immunodefisiensi panyakit ini dapat
menjadi parah karena sistem imunnya yang rusak.
Ketika
Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat menjadi
dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka dapat
mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit
dapat menulari biliary tract (sekitar lever), menyebabkan biliary
cryptosporidiosis. Hal ini menyebabkan cholecystitis dan cholangitis.
Pada usus :
Mekanisme
cryptosporidiosis menyebabkan diare pada manusia belum spenuhnya dapat
dimengerti. Namun danya kegagalan absorbsi dan meningkatkan sekresi usus
halus banyak dijumpai pada kasusu-kasus tersebut.
Adhesi/invasi dari merozoit/sporozoit Cryptosporidium parvum kemembran apical dari sel epitel usus meransang sel epitel usus untuk memproduksi prostaglandin shyntase, IL-8, dan TNF-ά .Adanya sel polymerase (oleh IL-8), aktifasi makrofag (oleh TNF-ά),diproduksinya prostaglandin (oleh prostaglandin shyntasei) dan perubahan fungsi ion diperkirakan merangsang sekresi usus untuk merespon infeksi seluler terhadap Cryptosporidium parvum.Infeksi
seluler juga pendataran dan juga bersatunya villi usus, merupakan
kemungkinan kedua yang terjadi pada infeksi sel dan atau dalam respon
imunologi seluler. Gambaran ini berhubungan dengan malabsorpsi, dan akan
memperberat diare. Sebagai tambahan, adanya proses-proses apoptosis
sel-sel yang mati dan enteric nervous system juga member peranan
terhadap patofisiologi diare ini.
Pada
gambaran histopatologi menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia
krypta, dan infiltrasi ringan sampai sedang ( biasanya sel plasma atau
netrofil tetapi dapat juga makrofag dan liphosit) pada lamina propria.
Pada Saluran Empedu
Walaupun gambaran klinis dan radiologi dari billiary cryptosporidiosi telah
dapt diketahui, namun patogenitas sepenuhnya belum dapat sepenuhnya
dimengerti. Gambaran histopatologi yang diperoleh dari biopsy ampulla
vateri menunjukan menunjukan infiltrasi submukosa, inflamasi periductus
dengan oedema interstisial, infiltrasi neutrofil dan
hyperplasia/dilatasi kelenjar periduktus.
Pada Saluran Pernafasan
Patogenitas dari respiratory cryptosporidiosis juga masih belum dimengerti. respiratory cryptosporidiosis melibatkan
trakea, bronkus, dan jarang melibatkan parenkim paru, dapat ditemukan
pada penderita immunosuppressed dengan gagal nafas. Dari tahun 1983
sampai 1996 diperkirakan ada 13 kasus respiratory cryptosporidiosis yang hanya melibatkan region tracheobroncial atas. Cryptosporidium sp
yang dideteksi secara mikroskop diparenkim paru hanya dua kasus, satu
kasus yang diderita oleh penderita AIDS dan penderita lain dengan acute
nonlymphatic leukemia.
Diagnosis
Dalam
kondisi normal, infeksi dengan parasit ini hanya menimbulkan gejala
kriptosporidiosis yang ringan. Pada penderita imunokompeten keluhan dan
gejala dapat berupa enteritis ringan, diare cair tidak lebih dari 10
kali sehari,dengan tinja tidak berdarah dan tidak berlendir. Umumnya
penderita juga mengalami demam ringan, malaise, mual, mutah, kejang
perut, dan berat badan menurun. Penyakit akan sembuh sendirinya dalam
waktu 2-10 hari.
Pada
penderita imunodefisiensi(misalnya penderita AIDS) yang terinfeksi
dapat menyebabkan diare berat mirip diare kolera sebanyak sampai 70 kali
seharidengan pengeluaran cairan lebih dari 10 liter per hari yang
berlangsung berbulan-bulan. Penderita mengalami malabsorpsi berat,
gangguan keseimbanagan cairan, berat badan menurun cepat dan terjadi
limfadenopati. Pada immunodefisiensi demam jarang terjadi.
Untuk
memperoleh diagnosis yang akurat perlu dilakukan pemeriksaan di
laboratorium. Pemeriksaan mikroskopis pada tinja penderita menunjukkan
adanya ookista parasit yang khas bentuknya. Pemeriksaan hitologis atas
biopsi mukosa dengan menggunakan modifikasi ABF (Acid Fast Staining)
atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop fluoresen,menunjukan
adanya parasit dalam jaringan . Deteksi dengan pewarnaan antibody
monoclonal dapat memperkuat diagnosis. Pemeriksaan serologis misalnya
dengan ELISA (Enzym Linked Immunosorbant assay), Immunofluorescens
Antibody Technique(IFAT0 serta deteksi IgG dan IgM dalam membantu
menetapkan diagnosis.
Terapi dan Pengobatan
Tidak
ada obat yang bisa diandalkan untuk pengobatan radang usus
cryptosporidium. Obat tertentu seperti paromomycin, atovaquone,
nitazoxanide, dan azithromycin kadang-kadang digunakan, tetapi biasanya
hanya memiliki efek sementara. Kesulitan ini terutama terjadi untuk
orang dengan penyakit parah dan sistem kekebalan yang lemah.
Pengobatan
bisa manjur pada tahap awal penyakit. Cairan-cairan perlu terus diganti
secara oral (banyak minum). Dalam situasi langka, cairan darah mungkin
diperlukan. Antibiotik biasanya tidak bermanfaat, dan kekambuhan ulang
sering terjadi.
Pada immunokompeten (imun sehat)
Mayoritas
individu dengan immuno-kompeten mengalami penyakit ini dalam waktu
singkat (kurang dari 2 minggu) yang membutuhkan perawatan dengan
pencegahan pada dehidrasi yaitu banyak minum air dan kadang-kadang
menggunakan obat anti-diarrhoeal. Nitazoxanide adalah salah satu obat
yang telah disetujui FDA (badan obat-obatan USA) untuk digunakan pada
orang dengan immunocompetent untuk memerangi diare. Spiramycin dapat
membantu memperpendek lama diare pada anak-anak.
Pada immunocompromised (imun rendah)
Pada
immunocompromised seperti pengidap AIDS, penyembuhan penyakit
cryptosporidiosis berjalan lambat atau bisa juga tidak dapat disembuhkan
sama sekali. Sering menyebabkan kondisi parah dan permanen terutama
dalam bentuk diare berair yang digabungkan dengan menurunnya kemampuan
usus untuk menyerap gizi. Hasilnya adalah penyakit akan semakin parah :
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan gizi, kekurangan
tenaga, dan akhirnya mati. Spiramycin dapat membantu dalam merawat
pasien diare yang sedang dalam tahap awal AIDS.
Tingkat
kematian bagi pasien yang terinfeksi AIDS pada umumnya didasarkan pada
jumlah CD4; pasien dengan CD4 lebih dari 180 sel / mm ³ umumnya sembuh
dengan dukungan dan perawatan dari obat rumah sakit, tetapi pasien
dengan CD4 di bawah 50 sel / mm ³, efeknya biasanya fatal dalam tiga
sampai enam bulan. Kasus (langka) : seorang pasien AIDS dari Iran yang
telah mengalami pulmonary cryptosporidiosis selain cryptosporidiosis
usus, pemberian azithromycin dan paromomycin membantu menghapus infeksi
dari tubuhnya.
Saat
ini, pendekatan yang terbaik adalah bagaimana meningkatkan status
kekebalan pada pasien dengan immunodefisiensi. Probiotic Saccharomyces
boulardii dijual melalui apotik-apotik dan toko-toko kesehatan (dengan
nama merek obat Florastor di Amerika Serikat dan DiarSafe di Inggris)
telah ditemukan untuk menjadi bermanfaat dalam perawatan diare dan
gejala penyakit lainnya termasuk cryptosporidium. Parenteral octreotide
asetat dapat membantu menurunkan jumlah kotoran yang keluar.
Cara -Cara Pemberantasan.
1.Cara pencegahan:
-Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara menjaga kebersihan perorangan.
-Membuang tinja pada jamban yang saniter, hati-hati dalam menangani kotoran manusia atau binatang.
-Mereka yang kontak dengan anak sapi atau binatang lain yang terkena diare sebaiknya segera mencuci tangan dengan seksama.
-Rebus
sampai mendidih air minum selama 1 menit; disinfeksi dengan bahan kimia
tidak efektif melawan oocyst. Hanya filter yang dapat menyaring
partikel dengan diameter 0,1 – 1 µm yang bisa di gunakan untuk menyaring
oocyst.
-Pindahkan orang yang terinfeksi dari pekerjaan menangani jenis bahan makanan yang tidak segera akan dimasak.
-Pisahkan anak yang menderita diare dari tempat penitipan anak hingga diare sembuh.
2.Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
-Laporan
kepada instansi kesehatan setempat; kasus dilaporkan ke instansi
kesehatan setempat dengan cara yang paling praktis, kelas 3B (lihat
tentang pelaporan penyakit menular).
-Isolasi
: bagi penderita yang dirawat di Rumah Sakit, lakukan tindakan
kewaspadaan enterik dalam menangani tinja, begitu juga terhadap muntahan
dan sprei serta sarung bantal dan baju yang terkontaminasi; orang yang
terinfeksi tidak diijinkan menangani makanan dan merawat pasien yang
dirawat di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan merawat pasien yang
dirawat di tempat spesifik; penderita asimptomatik yang bekerja pada
bidang pekerjaan yang sensitif tidak diijinkan lagi bekerja sampai
mereka sembuh. Tekankan tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan
dengan benar.
-Disinfeksi
serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang
terkontaminasi dengan tinja. Pada masyarakat modern dengan sistem jamban
saniter, tinja dapat dibuang langsung ke saluran pembuangan tanpa perlu
di disinfeksi. Lakukan pembersihan terminal. Disinfeksi dapat dilakukan
dengan pemanasan hingga 450 C (1130F) selama 5 – 20 menit, 600 C (1400
F) selama 2 menit atau disinfeksi kimia dengan 10 % cairan formalin atau
5 % ammonia, cara-cara tersebut cukup efektif.
-Investigasi
kontak atau sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap
tinja anggota rumah tangga dan kontak lain yang dicurigai, terutama
orang-orang tanpa gejala. Terhadap mereka yang kontak dengan hewan
ternak dan binatang peliharaan diharuskan juga untuk dilakukan
pemeriksaan. Jika dicurigai penularan terjadi melalui air, penyaringan
air dalam jumlah sampel yang besar dapat dilakukan untuk melihat adanya
oocyst pada air.
-Pengobatan
spesifik : Tidak ada pengobatan spesifik untk kriptosoridiosis selain
rehidrasi, jika diperlukan, rehidrasi telah terbukti efektif; pemberian
antibodi pasif dan antibiotik saat ini sedang dalam penelitian. Mereka
yang dalam pengobatan dengan obat imunosupresif, sebaiknya menghentikan
pengobatan itu untuk sementara atau mengurangi dosisnya jika
memungkinkan.
3.Penanggulangan wabah
Untuk
menanggulangi wabah perlu dilakukan Investigasi epidemiologis terhadap
kasus yang berkelompok yang terjadi pada suatu daerah atau institusi
tertentu untuk mengetahui sumber infeksi dan cara-cara penularannya;
selidiki kemungkinan sumber penularan "Common source", seperti sarana
rekreasi air, air minum, susu mentah atau makanan atau minuman yang
potensial tercemar dan lakukan upaya pencegahan dan pemberantasan yang
mudah di terapkan. Upaya untuk mencegah penularan dari orang ke orang
atau dari binatang ke manusia menekankan pada upaya kebersihan
perorangan dan pembuangan tinja yang saniter. Kunjungi saya juga di "n1nt1.blogspot.com"
DAFTAR PUSTAKA
Sudarto. 2007. Kedokteran Tropis.Surabaya: Airlangga Univercity Press
Sinambela, adelina Haryani. 2008 . Criptosporidiosis.USU-e repository
http://leighbrandon.typepad.com/.a/6a00d834536a0169e201156fc04a7f970c-800wi